Beruntunglah Kita Tarbiyah (2)
“BK: Dalam rangka Syiar Dzulhijjah, BK DPD mengadakan musabaqah tilawah 10 hari pertama Dzulhijjah untuk seluruh kader. Tilawah terbanyak mendapat hadiah satu ekor kambing.”
SMS malam kemarin itu mengingatkan kami agar tak melewatkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah 1433 H ini. Insya Allah bukan karena memperebutkan kambing jika kemudian kami memperbanyak tilawah lebih dari biasanya. Ada motivasi yang lebih besar, karena bersama SMS itu juga disusulkan taklimat yang panjang lebar menjelaskan Syiar Dzulhijjah: amal-amal apa yang perlu dikerjakan pada hari-hari istimewa ini berikut fadhilahnya.
Inilah salah satu poin keuntungan ketika kita tarbiyah. Ada sistem yang mengingatkan kita. Ada saudara-saudara yang dengan ikhlas membetulkan kekeliruan kita. Ada sahabat yang memotivasi kita. Ada kawan seperjuangan yang saling menjaga. Komunitas perbaikan. Kita mendapatkannya di sini.
Kita mengakui, kita bukanlah manusia yang sempurna. Terlebih di zaman yang kini godaan besar ada di mana-mana. Datang dan merayu kapan saja. Mempertahankan iman dalam kesendirian rasanya sangat berat. Menjaga kontinuitas amal seorang diri rasanya mustahil. Di zaman sahabat saja, Rasulullah telah mengingatkan bahaya berkesendirian: “maka berjama’ahlah kalian, karena sesungguhnya serigala itu hanya memangsa kambing yang sendirian.” (HR. Abu Dawud, An Nasa’i dan Ahmad)
Jika menyendiri tidak baik, berjamaah dengan orang-orang yang salah juga tidak baik. Rasulullah mengibaratkan teman yang buruk laksana pandai besi, “Bisa jadi ia membakar bajumu,” sabda beliau diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim, “atau –setidaknya- engkau mendapatkan bau yang tidak sedap.”
Sebaliknya, teman yang baik, orang yang shalih, laksana penjual minyak wangi: “Bisa jadi ia memberikanmu minyak, atau engkau membeli darinya, atau –setidaknya- engkau mendapatkan aroma yang harum darinya.” Maka tidak berlebihan jika para ulama menjelaskan salah satu obat hati adalah berteman dengan orang shalih.
Inilah salah satu keberkahan yang kita dapatkan dalam tarbiyah. Orang-orang yang lebih shalih dari diri kita telah berhimpun untuk mencurahkan kebaikan dan cinta. Dalam ikatan ukhuwah mereka mengingatkan. Dalam jalinan persaudaraan mereka memotivasi dan menguatkan. Dalam nuansa kasih sayang mereka mengoreksi dan meluruskan. SMS yang masuk di awal Dzulhijjah hanyalah satu contoh sederhana, betapa jiwa mereka senantiasa ingin membersamai kita, melangkah bersama menuju ridha dan maghfirah-Nya.
Sayup-sayup terdengar nasyid dari Izzatul Islam menambah syahdunya malam…
Sesungguhnya Engkau tahu
Bahwa hati ini tlah berpadu
Berhimpun dalam naungan cintaMu
Bertemu dalam ketaatan
Bersatu dalam perjuangan
Menegakkan syariat dalam kehidupan
Kuatkanlah ikatannya
Tegakkanlah cintanya
Tunjukilah jalan-jalannya
Terangilah dengan cahyaMu
Yang tiada pernah padam
Ya Robbi bimbinglah kami…
Rapatkanlah dada kami
Dengan karunia iman
Dan indahnya tawakkal padaMu
Hidupkan dengan ma’rifatMu
Matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela
Bimbinglah kami ya Allah... jagalah ukhuwah dan tarbiyah kami. Sehingga terpeliharalah iman. Sehingga berlanjutlah amal. [Muchlisin]
SMS malam kemarin itu mengingatkan kami agar tak melewatkan keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah 1433 H ini. Insya Allah bukan karena memperebutkan kambing jika kemudian kami memperbanyak tilawah lebih dari biasanya. Ada motivasi yang lebih besar, karena bersama SMS itu juga disusulkan taklimat yang panjang lebar menjelaskan Syiar Dzulhijjah: amal-amal apa yang perlu dikerjakan pada hari-hari istimewa ini berikut fadhilahnya.
Inilah salah satu poin keuntungan ketika kita tarbiyah. Ada sistem yang mengingatkan kita. Ada saudara-saudara yang dengan ikhlas membetulkan kekeliruan kita. Ada sahabat yang memotivasi kita. Ada kawan seperjuangan yang saling menjaga. Komunitas perbaikan. Kita mendapatkannya di sini.
Kita mengakui, kita bukanlah manusia yang sempurna. Terlebih di zaman yang kini godaan besar ada di mana-mana. Datang dan merayu kapan saja. Mempertahankan iman dalam kesendirian rasanya sangat berat. Menjaga kontinuitas amal seorang diri rasanya mustahil. Di zaman sahabat saja, Rasulullah telah mengingatkan bahaya berkesendirian: “maka berjama’ahlah kalian, karena sesungguhnya serigala itu hanya memangsa kambing yang sendirian.” (HR. Abu Dawud, An Nasa’i dan Ahmad)
Jika menyendiri tidak baik, berjamaah dengan orang-orang yang salah juga tidak baik. Rasulullah mengibaratkan teman yang buruk laksana pandai besi, “Bisa jadi ia membakar bajumu,” sabda beliau diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim, “atau –setidaknya- engkau mendapatkan bau yang tidak sedap.”
Sebaliknya, teman yang baik, orang yang shalih, laksana penjual minyak wangi: “Bisa jadi ia memberikanmu minyak, atau engkau membeli darinya, atau –setidaknya- engkau mendapatkan aroma yang harum darinya.” Maka tidak berlebihan jika para ulama menjelaskan salah satu obat hati adalah berteman dengan orang shalih.
Inilah salah satu keberkahan yang kita dapatkan dalam tarbiyah. Orang-orang yang lebih shalih dari diri kita telah berhimpun untuk mencurahkan kebaikan dan cinta. Dalam ikatan ukhuwah mereka mengingatkan. Dalam jalinan persaudaraan mereka memotivasi dan menguatkan. Dalam nuansa kasih sayang mereka mengoreksi dan meluruskan. SMS yang masuk di awal Dzulhijjah hanyalah satu contoh sederhana, betapa jiwa mereka senantiasa ingin membersamai kita, melangkah bersama menuju ridha dan maghfirah-Nya.
Sayup-sayup terdengar nasyid dari Izzatul Islam menambah syahdunya malam…
Sesungguhnya Engkau tahu
Bahwa hati ini tlah berpadu
Berhimpun dalam naungan cintaMu
Bertemu dalam ketaatan
Bersatu dalam perjuangan
Menegakkan syariat dalam kehidupan
Kuatkanlah ikatannya
Tegakkanlah cintanya
Tunjukilah jalan-jalannya
Terangilah dengan cahyaMu
Yang tiada pernah padam
Ya Robbi bimbinglah kami…
Rapatkanlah dada kami
Dengan karunia iman
Dan indahnya tawakkal padaMu
Hidupkan dengan ma’rifatMu
Matikan dalam syahid di jalanMu
Engkaulah pelindung dan pembela
Bimbinglah kami ya Allah... jagalah ukhuwah dan tarbiyah kami. Sehingga terpeliharalah iman. Sehingga berlanjutlah amal. [Muchlisin]
Ulasan
Catat Ulasan