Beruntunglah Kita Tarbiyah (1)
Beruntunglah Kita Tarbiyah (1)
Beruntunglah Kita Tarbiyah (1) - Satu pagi di pekan ini. Seorang ikhwah terlihat sedang berjalan menyusuri trotoar yang berjarak lebih 10 kilo meter dari rumahnya. Tas ransel menempel di punggungnya, membentuk kesan beberapa tahun lebih muda. Ketika ditanya mengapa, ia menjawab: “Sebentar lagi mukhayam, ana perlu menyiapkan diri. Lagi pula, ana merasa selama ini kurang riyadhah”
Bagaimana dengan riyadhah atau olah raga pekanan, bukankah harusnya rutin berjalan? “Itulah kelemahan ana. Selama ini hanya riyadhah ala kadarnya. Beberapa pekan yang lalu ana jatuh sakit, diantara penyebabnya terlalu banyak duduk dan kurang olah raga.”
“Untunglah tarbiyah 'memaksa' kita untuk hidup seimbang. Termasuk menjadikan mukhayam sebagai salam satu wasilahnya. Itu sangat mengingatkan dan membantu ana. Entahlah apa jadinya kalau ana tidak ikut tarbiyah. Beberapa teman ana sudah kena stroke, kebanyakan adalah mereka yang jarang olahraga.”
Subhaanallah... ternyata aktif dalam tarbiyah bukan saja membuat kita dekat dengan Allah SWT dan memahami Islam lebih syamil. Benar juga, seringkali dengan sistem yang baik, kita “dipaksa” menjadi baik. Demikian pula tarbiyah. Ia “memaksa” kita untuk menjalani hidup dengan seimbang. Setidaknya tiga aspek besar kehidupan menjadi perhatian: ruhiyah, fikriyah, jasadiyah.
Riyadhah, mukhayam, dan sejenisnya “memaksa” kita untuk memenuhi hak fisik kita. “Atas fisik kalian ada hak yang harus ditunaikan,” demikian Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam sebuah hadits.
Dengan fisik yang sehat, bugar dan kuat, banyak kewajiban yang bisa kita tunaikan lebih mudah. Bukankah terlalu banyak ibadah di dalam Islam yang membutuhkan fisik yang sehat? Dalam lima rukun Islam saja, tiga diantaranya membutuhkan fisik yang sehat; shalat, puasa, lebih-lebih haji. Jika dipikir lebih jauh, zakat sebenarnya juga membutuhkan fisik yang sehat, secara tak langsung. Dengan fisik yang sehat seseorang bisa berpenghasilan, dari penghasilan seseorang memiliki harta yang jika mencapai nishab dan haul, barulah ia berkewajiban zakat. Ternyata zakat juga berhubungan dengan fisik yang sehat.
Ibadah ghairu maghdah juga begitu. Hampir selalu membutuhkan fisik yang sehat. Bekerja untuk memberi nafkah keluarga, berdakwah, berharakah, semuanya membutuhkan fisik yang sehat. Bahkan fisik yang bugar dan kuat. Sungguh luar biasa sabda Nabi : “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.”
Kita mungkin pernah bertanya saat membaca Risalah Ta'alim, mengapa Hasan Al-Banna mendahulukan qawiyyul jism daripada aspek lain termasuk matinul khuluq dan salimul aqidah? Cerita ikhwah di atas barangkali memudahkan kita untuk menjawabnya. Hasan Al-Banna menekankan pentingnya tarbiyah jasadiyah agar diperhatikan aktifis dakwah yang umumnya secara aqidah dan akhlak sudah tidak ada masalah. Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin]
Bagaimana dengan riyadhah atau olah raga pekanan, bukankah harusnya rutin berjalan? “Itulah kelemahan ana. Selama ini hanya riyadhah ala kadarnya. Beberapa pekan yang lalu ana jatuh sakit, diantara penyebabnya terlalu banyak duduk dan kurang olah raga.”
“Untunglah tarbiyah 'memaksa' kita untuk hidup seimbang. Termasuk menjadikan mukhayam sebagai salam satu wasilahnya. Itu sangat mengingatkan dan membantu ana. Entahlah apa jadinya kalau ana tidak ikut tarbiyah. Beberapa teman ana sudah kena stroke, kebanyakan adalah mereka yang jarang olahraga.”
Subhaanallah... ternyata aktif dalam tarbiyah bukan saja membuat kita dekat dengan Allah SWT dan memahami Islam lebih syamil. Benar juga, seringkali dengan sistem yang baik, kita “dipaksa” menjadi baik. Demikian pula tarbiyah. Ia “memaksa” kita untuk menjalani hidup dengan seimbang. Setidaknya tiga aspek besar kehidupan menjadi perhatian: ruhiyah, fikriyah, jasadiyah.
Riyadhah, mukhayam, dan sejenisnya “memaksa” kita untuk memenuhi hak fisik kita. “Atas fisik kalian ada hak yang harus ditunaikan,” demikian Rasulullah SAW mengingatkan kita dalam sebuah hadits.
Dengan fisik yang sehat, bugar dan kuat, banyak kewajiban yang bisa kita tunaikan lebih mudah. Bukankah terlalu banyak ibadah di dalam Islam yang membutuhkan fisik yang sehat? Dalam lima rukun Islam saja, tiga diantaranya membutuhkan fisik yang sehat; shalat, puasa, lebih-lebih haji. Jika dipikir lebih jauh, zakat sebenarnya juga membutuhkan fisik yang sehat, secara tak langsung. Dengan fisik yang sehat seseorang bisa berpenghasilan, dari penghasilan seseorang memiliki harta yang jika mencapai nishab dan haul, barulah ia berkewajiban zakat. Ternyata zakat juga berhubungan dengan fisik yang sehat.
Ibadah ghairu maghdah juga begitu. Hampir selalu membutuhkan fisik yang sehat. Bekerja untuk memberi nafkah keluarga, berdakwah, berharakah, semuanya membutuhkan fisik yang sehat. Bahkan fisik yang bugar dan kuat. Sungguh luar biasa sabda Nabi : “Mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah.”
Kita mungkin pernah bertanya saat membaca Risalah Ta'alim, mengapa Hasan Al-Banna mendahulukan qawiyyul jism daripada aspek lain termasuk matinul khuluq dan salimul aqidah? Cerita ikhwah di atas barangkali memudahkan kita untuk menjawabnya. Hasan Al-Banna menekankan pentingnya tarbiyah jasadiyah agar diperhatikan aktifis dakwah yang umumnya secara aqidah dan akhlak sudah tidak ada masalah. Wallaahu a'lam bish shawab. [Muchlisin]
Ulasan
Catat Ulasan